Sesungguhnya orang yang beriman ialah siapa yang memberikan keselamatan dan perlindungan terhadap harta dan jiwa manusia(HR.Ibnu Madjah).

Selasa, 01 Maret 2011

Asuransi Syariah Sebagai Jaring Penyelamat


Sebagian besar masyarakat sangat anti bila berbicara mengenai asuransi. Banyak sebab mengapa hal ini bisa terjadi. Paling tidak ada beberapa alasan mendasar mengapa orang tidak/belum mau membeli asuransi.
1) Belum melihat asuransi merupakan kebutuhan hidupnya, karena ia belum mempunyai uang yang cukup untuk itu.
2) Orang yang sudah banyak sekali memiliki uang/aset sehingga tidak memerlukan lagi membeli asuransi untuk menutupi risiko yang mungkin timbul. Dalam pandangannya, jumlah harta yang bejibun dan aset-aset produktif yang menghasilkan uang tanpa harus bekerja itu telah menjadi proteksi yang membuat asuransi tidak diperlukan lagi bagi dirinya.
3) Orang yang tidak begitu memahami apa manfaat yang mungkin diperoleh jika ia membeli asuransi. Jika terjadi kematian pada seseorang, sementara orang tersebut adalah pencari nafkah utama di dalam keluarganya, maka akan hilanglah sebagian besar pendapatan, atau mungkin bahkan seluruh pendapatan yang diterima oleh keluarga. Yang kemudian terjadi dalam waktu dekat akan terbayang sebuah keluarga yang tidak mendapatkan atau berkurang pemasukan bulanannya secara signifikan. Akibat yang segera dirasakan adalah tingkat kesejahteraan hidup dan standar gaya hidup mulai terganggu, apalagi jika kemudian datang berbagai tagihan hutang almarhum, tagihan kartu kredit, tagihan biaya pengobatan yang belum dibayar, biaya pemakaman, dan sebagainya. Jangankan mereka yang sama sekali tidak memiliki asuransi jiwa, keluarga yang sudah membeli asuransi jiwa pun masih mungkin terganggu secara finansial jika tiang penopang utama keluarganya meninggal dunia.
Jadi hal penting yang perlu Anda perhatikan adalah cara menghitung berapa uang pertanggungan yang sebaiknya Anda ambil. Menurut kami ada faktor-faktor yang perlu Anda pertimbangkan dan diperhitungkan ketika Anda merencanakan untuk membeli asuransi, antara lain :
  • Jumlah hutang yang Anda miliki.
  • Berapa banyak aset/harta yang Anda tinggalkan untuk keluarga.
  • Berapa lama aset tersebut dapat menghidupi mereka tanpa harus menurunkan standar gaya hidup mereka.
  • Berapa banyak dana yang diperlukan untuk membiayai kehidupan anak-anak Anda sampai mereka menjadi dewasa dan mandiri, termasuk biaya pendidikan buah hati Anda.
Setelah Anda menghitung besarnya uang pertanggungan berdasarkan faktor-faktor di atas dan Anda tidak perlu kaget dengan nilai yang harus Anda ambil (premi yang harus dibayar). Pada dasarnya asuransi adalah sebuah perencanaan. Artinya, Anda dapat merencanakan untuk membeli asuransi jiwa dengan jumlah premi tertentu secara bertahap.
Prioritas utama dalam menentukan pembelian asuransi adalah sebagai berikut sebagai berikut:
  • Belilah asuransi jiwa dengan jumlah uang pertanggungan (dan premi) yang bisa menutupi seluruh hutang-hutang Anda, agar sekurang-kurangnya anda tidak mewariskan hutang kepada generasi berikutnya;
  • Bila hutang-hutang sudah diamankan, maka belilah asuransi jiwa berikutnya untuk mengamankan kebutuhan hidup keluarga sehari-hari untuk rentang waktu tertentu, terhitung sejak Anda meninggal dunia;
  • Bila anda telah berhasil mengumpulkan sejumlah uang tambahan, belilah asuransi dengan nilai pertanggungan yang bisa memenuhi biaya-biaya membesarkan anak-anak Anda, termasuk biaya pendidikannya.
Jadi, meski tentu tidak mudah mengaturnya, namun dengan perencanaan yang matang, hal di atas tetap dimungkinkan (kecuali Tuhan berkehendak lain, tentu).
Demikianlah beberapa pertimbangan yang Anda butuhkan dalam mengantisipasi risiko yang sering terjadi dalam menjalankan kehidupan keluarga. Dan perhatikan yang berikut: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahtera-an) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. an-Nisa’ [4]: 9).
Disadur dari Tulisan/Artikel : M . Ichsan , Seorang Financial Planner

0 komentar:

Posting Komentar